Waspadai Komplikasi Kehamilan

Waspadai Komplikasi Kehamilan

Pada masa kehamilan, Anda harus memperhatikan kondisi fisik dan kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari berbagai kemungkinan kelainan atau komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan Anda.

Waspadai komplikasi kehamilan sebagai berikut ini:

Pendarahan

Pendarahan bisa terjadi karena adanya infeksi, erosi, kanker leher rahim, maupun plasenta previa.


Preeklamsia atau eklamsia

Preeklamsia atau eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang gejalanya hampir tidak tampak, tetapi berakibat fatal bagi ibu dan janin. Penyebab persisnya belum diketahui hingga kini. Gejala-gejala preeklamsia antara lain adalah naiknya tekanan darah, pembengkakan kaki, dan keruhnya air seni karena mengandung protein. Adapun eklamsia bisa terjadi jika muncul gejala-gejala, seperti sakit kepala hebat, pengelihatan terganggu, volume air seni berkurang dan keruh, pembengkakan bertambah terkadang sampai ke seluruh tubuh, pendarahan, napas sesak, dan kenaikan berat badan diatas normal.

Pengobatan preeklamsia dan eklamsia adalah kelahiran bayi. Preeklamsia ringan (tekanan darah di atas 140/90 yang terjadi pada umur kehamilan 20 minggu dan wanita tersebut belum pernah mengalami hipertensi sebelumnya) dapat dilakukan observasi di rumah atau di rumah sakit tergantung kondisi umum pasien.

Jika umur bayi masih prematur, diusahakan keadaan umum pasien dijaga sampai bayi siap dilahirkan. Proses kelahiran sebaiknya dilakukan di rumah sakit dibawah pengawasan ketat dokter spesialis kandungan. Jika umur bayi sudah cukup, sebaiknya segera dilahirkan baik secara induksi (dirangsang) atau operasi. Untuk preeklamsia berat lebih baik dilakukan perawatan intensif di rumah sakit guna menjaga kondisi ibu dan bayi yang ada dalam kandungannya.


Diabetes

Diabetes bisa terjadi sebelum kehamilan, tetapi bisa juga pada masa kehamilan. Ibu yang rentan terhadap diabetes sewaktu hamil adalah kelompok yang terlalu gemuk saat hamil, pernah mengalami diabetes, memiliki riwayat keluarga menderita diabetes, dan menjalani kehamilan di usia lebih dari 35 tahun. Akibat dari kehamilan dengan diabetes ini antara lain, bayi lahir terlalu gemuk, ibu mengalami hipoglikemia (kurang darah), kelahiran prematur dengan kesulitan bernapas, kesulitan persalinan, dan bisa mengakibatkan kematian.


Hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik)

Kehamilan ektopik ini pembuahannya tidak terjadi dalam rahim, melainkan pada bagian tubuh lainnya. Sel telur yang dibuahi dalam indung telur tidak turun ke rahim tetapi tetap disana sampai berkembang menjadi janin. Resiko yang terjadi adalah pecahnya saluran indung telur diikuti pendarahan yang hebat.


Kehamilan Mola (Mole Pregnancy)

Kehamilan mola tidak membentuk janin. Penyebabnya adalah plasenta yang tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Plasenta ini membentuk gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur. Ibu akan nampak seperti hamil tetapi perutnya membesar denagn cepat, kadang juga disertai muntah-muntah hebat, sakit perut, kontraksi, dan pendarahan yang beresiko pada keguguran.


Oligohidramnion (cairan ketuban sedikit)

Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung di dalam kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggum janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk siklus yang berulang.

Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG. Pada dasarnya, cairan ketuban sudah bisa dideteksi begitu seorang wanita terlambat haid dan dengan USG sudah terlihat kantung janin karena itu berarti sudah terbentuk cairan ketuban. Normalnya, saat cukup bulan, jumlah cairan ketuban sekitar 1.000 cc.

Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Ibu harus curiga bila ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina. Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental. Sangat mungkin itu adalah cairan yang keluar atau merembes karena ketuban mengalami perobekan. Tanda lainnya adalah gerakan janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri. 

Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya ketuban pecah dini adalah infeksi vagina atau jalan lahir. Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini, ibu harus berupaya menjaga kebersihannya agar tidak terkena infeksi jalan lahir.

Kurangnya cairan ketuban dapat mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Adapun bahaya nya adalah sebagai berikut:

  • Seolah-olah janin tumbuh dalam “kamar sempit” yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Dalam kasus ekstrem, sudah terbentuk benang atau serat amnion dan bukan mustahil bila terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin “terjepit” atau “terpotong” oleh serat amnion tadi.
  • Janin kemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, dan bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tidak segera bernapas secara spontan dan teratur.

Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin yang semakin besar.

Supaya volume cairan ketuban kembali normal, pada umumnya dokter akan menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan makanan dengan asupan gizi berimbang.

Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah salah kaprah.

Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi cesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi cesar merupakan pilihan terakhir dalam kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan per vaginam dengan cara induksi yang baik dan benar.


Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni janin. Si janin minum air ketuban dalam jumlah yang seimbang dengan air seni yang dihasilkannya.

Volume air ketuban tidak harus persis dari waktu ke waktu. Volumne ini mengalami puncak di umur kehamilan sekitar 33 minggu, yaitu sekitar 1 – 1,5 liter yang berangsur berkurang mendekati kehamilan cukup bulan (40 minggu). Pada kasus hidramnion, volume bisa mencapai 3 – 5 liter yang umumnya terjadi setelah umur kehamilan mencapai 22 minggu atau sekitar 5 bulan.

Hidramnion dapat terjadi karena sebagai berikut:

  • Produksi air seni janin berlebihan.
  • Adanya kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
  • Ada sumbatan atau penyempitan saluran cerna pada janin sehingga ia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume air ketuban meningkat drastis.
  • Kehamilan kembar karena ada dua janin yang menghasilkan air seni.
  • Ada proses infeksi.
  • Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem saraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
  • Ibu hamil menderita diabetes yang tidak terkontrol.
  • Inkompatibilitas (ketidakcocokan rhesus).

Cairan ketuban yang berlebih berdampak buruk. Ibu biasanya merasa kandungannya cepat sekali membesar. Pada kasus hidramnion ekstrem, pembesaran perut biasanya begitu berlebihan sehingga dinding perut menjadi sedemikian tipis. Bahkan, pembuluh darah di bawah kulit pun terlihat jelas. Lapisan kulit pecah sehingga terlihat guratan nyata pada permukaan perut. Kalau diukur, pertambahan lingkaran perut begitu cepat. Begitu juga tinggi rahim.

Cairan ketuban yang berlebih menyebabkan peregangan rahim, selain menekan diafragma ibu. Hal ini akan memunculkan keluhan serupa dengan kehamilan kembar, di antaranya adalah sesak napas atau gangguan pernapasan berat, pertambahan berat badan yang berlebih dan bengkak di sekujur tubuh. Keluhan-keluhan ini akan memicu terjadinya hipertensi dalam kehamilan yang kemungkinan harus diakhiri dengan persalinan prematur.

Disamping itu, umumnya letak janin jadi tidak normal. Dengan alat pemeriksa, suara denyut jantung janin terdengar jauh karena letaknya jadi cukup jauh dari permukaan. USG dapat mendiagnosis lebih pasti dengan cara mengukur ketinggian kantung air ketuban dan indeks cairan amnion. USG juga bisa mengetahui apakah ada kelainan bawaan pada janin dan gangguan pertumbuhan janin.

Peregangan atau tekanan yang begitu kuat pada dinding rahim dapat memicu terjadinya kontraksi sebelum waktunya. Namun, dokter tentu akan mengupayakan agar tidak terjadi persalinan prematur dengan cara memberikan obat peredam kontraksi.

Cairan ketuban yang berlebih juga bisa meningkatkan resiko komplikasi persalinan, yaitu pendarahan pasca-persalinan, plasenta terlepas dari pelekatannya, dan kematian janin dalam kandungan. Yang jelas, kemungkinan ibu menjalani bedah cesar jauh lebih tinggi dibanding kehamilan biasa mengingat letak janin yang tidak normal dan menurunnya tingkat kesejahteraan janin.

Cara yang biasanya ditempuh adalah dengan menyedot atau mengeluarkan sebagian cairan ketuban melalui sebuah jarum khusus yang dimasukkan dari permukaan perut yang disebut dengan amniosentesis. Cairan tersebut akan diperiksa sel-sel kromosomnya untuk ditelusuri apakah ada kelainan. Tindakan ini dilakukan berulang hingga usia kehamilan cukup bulan dan untuk mengurangi rasa sesak si ibu yang kadang tak tertahankan.

Operasi cesar juga tidak serta-merta menjadi jalan terbaik bagi persalinan dengan kasus ini. Prinsip utama dan dasar ilmu kedokteran secara universal, yakni pertama-pertama janganlah melukai. Para dokter akan mengupayakan persalinan per vaginam walaupun ibu bergelut dengan kasus hidramnion.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

X
WeCreativez WhatsApp Support
Punya pertanyaan?
👋 Ada yang bisa kami bantu?